Selasa, 20 November 2012

Pancasila Sebagai Etika Politik



-          Etika mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia.
-          Etika politik mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia dan sebagai warga negara serta taat pada hukum yang berlaku.

A.     PENGERTIAN ETIKA POLITIK

Etika adalah ilmu tentang norma-norma, nilai-nilai, ajaran moral. Etika sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia. Objek etika adalah peryataan moral.
Etika politik bergerak dalam wilayah dimana seseorang secara ikhlas dan jujur melaksanakan hukum yang berlaku. Etika politik tidak diatur dalam hukum tertulis secara lengkap. Tetapi melalui moralitas yang bersumber dari hati nurani, rasa malu kepada masyarakat, dan rasa takut kepada Tuhan Yang Maha Esa.

B.     TUNTUTAN ETIKA POLITIK

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara etika politik  menuntut agar kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan :
1)      asas-asas legalitas, yakni dijalankan sesuai hukum yang berlaku
2)      dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral
3)      disahkan dan dijalankan secara demokratis.

C.     PENGUASA ETIKA POLITIK

Dalam etika politik kekuatan batin penguasa berpencar sebagai wibawa kepada masyarakat sehingga rakyat dapat merasakannya. Dalam melaksanakan pemerintahan keesahan kekuasaan meliputi keesahan etis dan keesahan legalitas yang berdasarkan prinsip moral (etis) dan berdasarkan hukum yang berlaku (legalitas).

D.    KRISIS ETIKA POLITIK

Pada tahun 1997 terjadi krisis, maka ada hal-hal sebagai berikut:
1)      kemunduran dalam pelaksanaan kehidupan berbangsa
2)      konflik sosial yang berkepanjangan
3)      kurangnya sopan santun dan berbudi luhur dalam pergaulan sosial
4)      melemahnya kejujuran
5)      pengabaian terhadap ketentuan hukum dan peraturan.
Penyebabnya:
1)      Masih lemahnya pengamalan agama, munculnya ajaran agama yang keliru dan sempit.
2)      Sistem sentralisasi pemerintahan di masa lampau sehingga timbul fanatisme daerah.
3)      Tidak berkembangnya pemahaman kemajemukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
4)      Terjadinya ketidakadilan ekonomi dalam kurun waktu yang panjang sehingga muncul perilaku ekonomi yang bertentangan dengan moralitas dan etika.
5)      Kurangnya keteladanan pemimpin bangsa dalam bersikap dan berperilaku.
6)      Pengaruh globalisasi yang luas dengan persaingan bangsa yang semakin tajam.
7)      Semakin tingginya intensitas intervensi kekuatan global dalam perumusan kebijakan nasional.

oleh Dika Pramono

Selasa, 06 November 2012

Pancasila Sebagai Idiologi Nasional

New Page 1


A.    PENGERTIAN IDIOLOGI

Idiologi berasal dari bahasa Yunani “(eidos = melihat, memandang, ide atau cita-cita)”. Idiologi berarti seperangkat cita-cita atau gagasan-gagasan yang merupakan keyakinan tersusun secara sistematis disertai petunjuk cara-cara mewujudkan cita-cita tersebut. Idiologi ini meliputi berbagai bidang politik, sosial, kebudayaan dan keagamaan.

B.     UNSUR IDIOLOGI

Unsur idiologi meliputi :

1.      Unsur Keyakinan

Setiap idiologi memuat konsep-konsep dasar yang menggambarkan seperangkat keyakinan yang diorientasikan kepada tingkah laku para pendukungnya untuk mencapai tujuan ynag dicita-citakan.

2.      Unsur Mitos

Setiap idiologi selalu memitoskan suatu ajaran dari seseorang atau beberapa orang yang secara fundamental mengajarkan suatu cara bagaimana sesuatu hal yang ideal pasti tercapai.

3.      Unsur Loyalitas

Setiap idiologi selalu menuntut adanya kesetiaan serta keterlibatan optimal para pendukungnya.

C.    FUNGSI IDIOLOGI PANCASILA

Fungsi dari idiologi pancasila dapat dijabarkan menjadi beberapa bagian, yaitu :

1.      Sebagai nilai yang diyakini kebenaran kebaikannya dan merupakan motivasi perjuangan nasional.

2.      Idiologi pancasila menjadi motivasi mendayagunakan potensi nasional.

3.      Menjadi semangat hidup perjuangan, yakni sebagai landasan kesadaran harga diri bangsa.

4.      Sebagai pedoman hidup kenegaraan dan kemasyarakatan.

D.    PANCASILA SEBAGAI IDIOLOGI TERBUKA

            Artinya adalah (1) Idiologi yand dapat berinteraksi dalam perkembangan zaman. (2) Pandangan hidup bangsa Indonesia yang mempunyai nilai dasar yang bersifat tetap dan nilai instrumental yang bersifat dinamis. (3) Nilai dasar pancasila yang bersifat tetap adalah cita-cita dan tujuannya yaitu Pembukaan UUD 1945 alinea 1-4. (4) Nilai enstrumental – dinamis. (5) Nilai praktis – nyata.

E.     FAKTOR PENDORONG IDIOLOGI PANCASILA

1.      Rontoknya idiologi tertutup (UUD Komunisme).

2.      Suatu realitas sosial yakni perkembangan masyarakat yang cepat sehingga persoalan yang muncul tak dapat dijawab dengan pemilihan idiologi sebelumnya.

3.      Karena pengaruh komunisme sangat besar, pancasila pernah merosot menjadi semacam dukma yang kaku.

                        Catt: Dukma adalah kepercayaan yang dianggap paling benar.

4.      Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menunjukkan ada kawasan kehidupan yang bersifat otonom, yaitu nilai-nilai religi (keagamaan).

F.     IMPLIKASI PANCASILA SEBAGAI IDIOLOGI TERBUKA

1.      Penerimaan nilai-nilai yang ada harus sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

2.      Proses penerimaan idiologi baru tidaklah mudah, sebab ada kekhawatiran dalam keterbukaan itu berarti diterimanya seluruh idiologi apapun, termasuk yang bertentangan dengan idiologi pancasila yang tidak boleh dilanggar (yaitu : (1) Stabilitas, Dinamis. (2) Larangan terhadap idiologi marxisme, leninisme, dan komunisme) keterbukaan ada batas-batasnya. (3) Mencegah paham liberalisme. (4)Larangan terhadap pandangan ekstrem yang menggelisahkan kehidupan masyarakat. (5) Penciptaan norma baru harus melalui konsensus (kesepakatan bersama)

G.    IDIOLOGI PANCASILA YANG RELEVAN

Latar belakang pentingnya pancasila sebagai idiologi terbuka tidak terlepas dari upaya agar tetap relevan dengan tuntutan perkembangan zaman. Agar pancasila tetap relevan terhadap perkembangan aspirasi masyarakat harus mengandung sifat-sifat atau dimensi sebagai berikut.

1.      Dimensi Ralita

Ini berarti pancasila sebagai nilai dasar yang bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup di masyarakat Indonesia.

2.      Dimensi Idealisme

Artinya, suatu ideologi perlu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai kehidupan di masyarakat. Dengan idealism ini masyarakat atau bangsa mengetahui kearah mana bangsa ini membangun kehidupan yang  diinginkan.

3.      Dimensi Fleksibel

Artinya, dimensi yang memungkinkan berkembangnya pemikiran-pemikiran baru tentang idiologi tanpa menghilangkan hakikat yang terkandung dalam dirinya.

H.    WUJUD PANCASILA SEBAGAI IDIOLOGI NASIONAL

1.      NKRI berbentuk republik.

2.      Menjunjung tinggi HAM.

3.      Asas Bhineka Tunggal Ika.

4.      Sistem politik, kesamaan kedudukan sesama warga negara.

5.      Sistem ekonomi, asas kekeluargaan (ps. 33 UUD ’45)

6.      Sistem pembelaan negara, berdasarlan hak dan kewajiban warga negara.

7.      Sistem pemerintahan, yakni Presidensial.


-->

Senin, 29 Oktober 2012

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


 

A.     Pengertian Sistem

Sistem adalah suatu kesatuan dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling bekerja sama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan kesatuan yang utuh.

B.     Unsur-Unsur Sistem

                Berikut adalah beberapa unsur sistem, antara lain sebagai berikut.
·    Satu kesatuan dari berbagai unsur.
·    Unsur-unsur tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
·    Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
·    Semuanya untuk mencapai tujuan bersama.
·    Terjadi pada lingkup yang kompleks.

C.     Hubungan Pancasila dengan Sistem

Hubungan pancasila dengan sistem dapat diuraikan seperti berikut ini.
1)    Mengandung berbagai unsur yang berbeda (terdiri dari 5 sila)
2)    Membentuk satu kesatuan
3)    Sila-sila tidak berdiri sendiri
4)    Saling berkaitan, saling berhubungan
5)    Mencapai tujuan tertentu (dasar negara, sumber hukum, dll)
6)    Tidak boleh di bolak-balik
Kesatuan pancasila sebagai suatu sistem dapat dijelaskan sebagai berikut:
·    Sila I meliputi dan menjiwai sila II, III, IV dan V.
·    Sila II diliputi dan dijiwai sila I, dan meliputi dan menjiwai sila III, IV dan V.
·    Sila III diliputi dan dijiwai sila I dan II, dan meliputi dan menjiwai sila IV dan V.
·    Sila IV diliputi dan dijiwai sila I, II dan III, dan meliputi dan menjiwai sila V.
·    Sila V diliputi dan dijiwai sila I, II, III dan IV.

D.    Cara Berfikir Filsafati

1)    Bersifat komperehensif (menyeluruh)
2)    Radikal (berfikir sampai ke akar-akarnya)
3)    Sistimatis (tersusun secara baik dan tidak saling bertentangan)
4)    Koheren (runtut)

E.     Pengertian Filsafat dan Sistem Filsafat

Sistem filsafat merupakan suatu unsur yang terdiri dari bagian-bagian dan tidak saling bertolak belakang namun salin melengkapi sehingga mewujudkan keutuhan mendalam, bertanggungjawab bagi diri sendiri maupun orang lain.
Arti dari filsafat secara etimologi (bahasa) berasal dari (Arab=filsafat), (Inggris=philosophy), (Latin=philosophia), kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”.
Filsafat memiliki cakupan yang luas, setiap orang bebas memandang filsafat dari mana saja. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencari kebenaran asli. Filsafat cinta pada kebijaksanaan, fikir yang mendalam, perenungan yang sistematis, logis fundamental, dan radikal tentang sesuatu yang ada dan mungkin ada.
Filsafat tersusun dalam susunan yang sistematis dan berisi hal-hal yang diselidiki secara menyeluruh. Pengertian filsafat secara umum dapat dijabarkan sebagai berikut.
1)    Ada macam-macam definisi berbeda-beda.
2)    Memiliki cakupan yang sangat luas.
3)    Dapat dipandang dari segi mana saja.
4)    Berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya.
5)    Ilmu pengetahuan cakupannya bidang-bidang tertentu, filsafat sangat umum dan universal.
6)    Filsafat mempelajari hal-hal di seluruh dunia, baik yang abstrak maupun konkret.

F.      Pengertian Filsafat Ditinjau dari Aspek-Aspek

1)    Aspek Antologi
Adalah cabang yang mempelajari keberadaan atau eksistensi. Dari aspek ini pancasila meliputi persoalan tentang pembuktian dan kebenaran pancasila melalui asal usul terjadinya yaitu meliputi.
·      Causa Material
Pancasila dirumuskan sebagai kehidupan bernegara yang unsur-unsurnya sudah ada sejak dulu dalam adat-istiadat kebudayaan dan agama. Misalnya rembuk desa, gugur gunung, gotong royong, dll.)
·      Causa Formalis
Pancasila dirumuskan oleh pembentuk negara untuk merumuskan pertama lalinya pancasila sebagai dasar negara.
·      Causa Efisien
Sejak dirumuskan dan dibahas sampai proses pengesahannya sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945.
·      Causa Finalis
Asal mula dirumuskan pancasila sebagai dasar negara diwujudkan oleh panitia Sembilan yang  menghasilkan Piagam Jakarta.
2)    Aspek Epistemologi
Adalah dalam pancasila terletak pada bagaimana keafsahan pancasila sebagai ilmu pengetahuan dan ini terbukti pancasila telah memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan yaitu.
·      Memiliki objek yang khas
·      Milik masyarakat
·      Tersusun secara sistematis
·      Memiliki nilai kebenaran
·      Kebenaran disepakati bersama
·      Selalu dipertanyakan dengan skeptis.
3)    Aspek Aksiologi
Aksiologi membahas hakikai nilai. Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, benar dan indah. Dalam pancasila terkandung implikasi moral yang terdapat dalam subtansi pancasila sebagai suatu nilai. Nilai-nilai yang terdapat pada pancasila akan memberikan pola bagi sikap perbuatan dan tingkah laku bagi bangsa Indonesia.
Nilai ketuhanan adalah nilai yang tertinggi, nilai kemanusiaan sebagai pengkhususan dari nilai ketuhanan. Kedua nilai ini tertinggi. Sila III, IV dan V merupakan nilai kenegaraan karena ketiganya berkaitan dengan negara.

 by : Dika Pramono (dik_pram19@yahoo.com)